
Ponorogo, Selasa 22 Januari 2019 – Sebanyak 2000 santri Pondok PesantrenAl- Islam Joresan, Mlarak, Ponorogo, Jawa Timur, mendukung pasangan Calon Wakil Presiden KH. Maruf Amin, Selasa (22/01) sore. Ribuan santri Al-Islam sangat antusias menyambut kunjungan KH. Ma’ruf Amin bersama istri, Ibu Wury Estu Handayani.
Kedatangan KH. Ma’ruf Amin disambut pimpinan Pondok Pesantren, KH Usman Yudi, Rais Am Penguru Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH. Miftahul Akhyar, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar, dan para ulama se Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Mlarak, KH. Usman Yudi mengatakan, pondok pesantren Al-Islam ini didirikan masyarakat Mlarak pada 1966, kemudian langsung diserahkan kepada Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Mlarak. Ada sekitar 2352 santri yang belajar di Pondok Pesantren tersebut, dengan jumlah yang besar belum tertampung dengan fasilitas yang memadai.
“Dua ribu santri belum tertampung, karena kekurangan fasilitas di ponpes tersebut,” katanya.
Dia menambahkan, santri yang sudah tertampung dalam asrama pondok pesantren ada sekitar 520 santri, dikarenakan fasilitas yang belum memadai. Pondok pesantren memiliki sekitar 77 ruang kelas, 28 gedung darurat, 5 rumah penduduk dan sudah 44 kelas yang representatif untuk belajar mengajar.
” Kita masih kekurangan gedung untuk asrama dan sarana belajar mengajar di pondok pesantren,” tambahnya.
Lanjut KH. Usman Yudi, pondok pesantren menganut kepada tiga sistem pendidikan yang dijalankan, diantaranya sistem pendidikan dari Kemenag, sistem pendidikan modern, dan sistem pendidikan berbasis salaf. Disisi lain, silahturahim ini harus terus berlanjut, dengan datang kembali KH. Maruf Amin sudah menjadi Wakil Presiden.
“Doakan kami untuk mampu melaksanakan dan mengemban amanah dengan diberi kesabaran, sehingga para santri dapat diberikan ilmu yang barokah,” lanjutnya.
Ditempat yang sama, Calon Wakil Presiden KH. Maruf Amin mengatakan, ribuan santri Pondok Pesantren Al-Islam harus semangat dengan tidak berkecil hati. Seorang santri tidak boleh merasa rendah diri, merasa tidak berguna, dan tidak memiliki masa depan.
“Seorang santri bisa menjadi apa saja, maka jadi seorang santri jangan berkecil hati,” katanya.
KH. Maruf Amin menuturkan, setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memang belum ada lagi presiden yang berasal dari kalangan santri. Semangat optimisme yang dibangun sejak dini untuk masa depan santri, masa depan bangsa, dan masa depan negara. pada sisi yang sama, tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan pesimisme, seperti ada pihak yang menyebut Indonesia akan punah.
“Emangnya zaman purbakala bisa punah, yang punah itu dinosaurus. Kita berharap justru Indonesia pada masa depan akan lebih besar, lebih maju, lebih sejahtera,” pungkasnya.