KH. Maruf Amin Sapa Warga Nahdliyin Madiun

Kabupaten Madiun, 21 Januari 2019 – Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Prof. DR. KH. Maruf Amin menyapa warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) Kabupaten Madiun Gedung NU Center Kelurahan Keunggulan, Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Jawa Timur, Senen (21/01) malam. KH. Maruf Amin dalam rangka safari kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) di beberapa titik di Provinsi Jawa Timur, setelah pagi tadi menyapa warga Nahdliyin di Kabupaten Serang Provinsi Banten.

KH. Maruf Amin tiba beserta rombongan sekitar pukul 20.50 WIB di acara Halaqah Nasionalisme dengan tema ” Menjaga Keutuhan NKRI”. Dalam acara Halaqah tersebut dihadiri Mustasyar PCNU Kabupaten Madiun KH. Abdul Malik , Syuriah PCNU Kabupaten Madiun KH. Ahmad Qosim, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Madiun, KH. Nurcholis Shodik, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Madiun KH. Ahmad Shodik dan Bupati Ngawi Budi Sulistyono. Setelah acara selesai KH. Maruf Amin memberikan ijazah wirid dari Syekh Nawawi Al-Bantani, untuk diamalkan warga Nahdliyin Kabupaten Madiun.

KH. Maruf Amin menuturkan, bagi Nahdlatul Ulama dalam menjaga NKRI sudah menjadi harga mati, bahkan sejak dahulu masih dalam keadaaan kritis. Setelah pasca dua bulan Negara Indonesia merdeka dari penjajahan, akan tetap para penjajah tersebut datang kembali ke bumi Pertiwi ini.

“Pada waktu itu tentara dan polisi yang belum terkonsolidasi, saat penjajah datang kembali para ulama dan santri di garda terdepan melawan penjajah tersebut,” tuturnya.

Ditambahkan KH. Maruf Amin, pada waktu itu ada putra terbaik bangsa Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari tampil membuat fatwa jihad, dengan bahasa melawan penjajah hukumnya fardhu ain. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menindaklanjuti dengan mengeluarkan resolusi jihad, dan menginspirasi santri untuk tampil melawan penjajah.

” Dengan fatwa jihad tersebut lahirnya perang 10 November di Surabaya, dan pada akhirnya penjajah dapat diusir dari Bumi Pertiwi,” tambahnya.

KH. Maruf Amin mengatakan, setelah fatwa jihad yang dikeluarkan selama 70 tahun yang lalu, pada tahun 2015 Presiden Jokowi Widodo menetapkan Hari Santri Nasional (HSN) pada 22 Oktober.

“Hari itu menjadi penting karena menyangkut NKRI dan keselamatan bangsa,” katanya.

Lanjut KH. Maruf Amin, pada saat ditanya tentang khilafah ditolak di Indonesia, akan tetapi tertolak dengan alasan kesepakatan dalam bernegara. Di Negara Indonesia sampai saat dalam menjaga keutuhan negara, dengan adanya perangkat-perangkat seperti MUI, ormas keagamaan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan perangkat lainnya.

“Ada yang ingin mengganti dasar bernegara dengan diganti yang lain,” lanjutnya.

Disisi lain, saat menjalankan keutuhan NKRI, ada potensi konflik, oleh karena itu NU terus menjaga prinsip-prinsip persaudaraan. Dalam Pilpres nanti harus kiai mendukung kiai ustadz harus mendukung kiai, santri mendukung kiai, ditambah masyarakat harus mendukung kiai. Perbedaan dalam pilihan tidak boleh merusak keutuhan bangsa, karena Pilpres agenda lima tahunan untuk memilih pemimpin nasional.

“Agar masyarakat Indonesia menjaga ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathiniyah dan ukhuwah insyaniyah, ” pungkasnya.