KH. Maruf Amin Ingatkan Tekan Bahaya Hoaks

Makasar, 20 Februari 2019 – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia mengingatkan untuk menekan bahaya hoaks di Clarion Hotel, Makasar, Rabu (20/02) malam. Semua harus berpatokan dalam pemikiran yang menggunakan islam wasahtiyah, serta gerakan islam dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan.

Kegiatan tersebut mengambil tema “Mengharuskan Islam Wasathiyah : Menyikapi Bahaya Hoax dan Fitnah Bagi Kehidupan Keagamaan dan Kebangsaan” yang dilaksanakan selama 3 hari. Hadir dalam acara tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan AGH. Sanusi Baco, Rektor UIN Makassar Prof. Dr. Musaffir Pabbari, M.Si, para ulama lainnya.

Dalam sambutannya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, dalam rangka pembukaan dialog nasional, dengan tema Keagamaan dan kebangsaan terutama menanggulangi hoaks. Dalam kehidupan pada saat ini mengalami percepatan yang luar biasa, serta umat Islam harus menyikapi dengan penuh kebajikan.

“Relasi hubungan kebangsaan dan keagamaan dalam konteks Indonesia, seperti kita melihat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi,” katanya.

Lukman Hakim Saifudin menambahkan, bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang sangat religius, serta memiliki keterkaitan dengan nilai agama yang sangat tinggi. Nilai kebangsaan dan keagamaan berfungsi untuk merajut keberagaman dalam bernegara, serta konstitusi start dengan nilai agama.

“Konstitusi sebagai rujukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar sadar masyarakat dalam kehidupan ini,” tambahnya.

Lanjut Lukman Hakim Saifuddin, relasi di satu sisi agama memerlukan bangsa, tetapi kehidupan bangsa memerlukan agama. Jalannya roda pemerintahan perlu diimbangi dengan nilai beragama, sehingga jalannya tidak kering dengan menunjukan jati diri Indonesia.

“Pemerintah harus menjiwai dengan agama, sehingga semua saling ketergantungan,” lanjutnya.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH. Maruf Amin mengatakan, dalam kehidupan berbangsa akan menyangkut dua hal yakni cara berfikir dan gerakan di masyarakat. Cara berfikir wasathiyah dengan tanpa batasan, dengan membaca agama tidak secara kontekstual.

“Cara berfikir pada teks akan bermunculan pada kesesatan terhadap agama, sehingga harus berfikir dengan cara yang efektif,” katanya.

KH. Maruf Amin menuturkan, masyarakat yang sudah terkena hoaks dengan menjadi watak bangsa, dikhawatirkan akan sulit untuk mengembalikan kembali. Dalam pembentukan manusia sempurna dengan gerakan membersihkan hati dari syirik yang jelas dan syirik yang samar.

“Pada satu sisi dengan membangun karakter bangsa, disini lain dengan maraknya informasi hoaks tersebut,” tuturnya.

KH. Maruf menegaskan, para Penganut hoaks merupakan calon ahli neraka, karena sudah membangun bangsa yang rusak. Dalam berjuang harus dengan dengan mekanisme dengan cara yang santun, dan tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

“Semua harus dengan mekanisme yang baik, santun, dan terpuji agar tidak menimbulkan kegaduhan pada masyarakat,” tegasnya.