
Makasar, 21 Februari 2019 – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prof. DR. KH. Maruf Amin menyapa warga Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan di Gedung PWNU Sulawesi Selatan, Kamis (21/02) siang. Semua warga nahdliyyin menyambut dengan meriah, serta memperkuat pemahaman Aqidah Ahlussunah wal jamaah (Aswaja).
KH. Maruf Amin tiba sekitar pukul 11.00 WIB, didampingi istri Hj. Wury Estu Handayani. Hadir dalam kegiatan acara tersebut Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan AGH.M Sanusi Baco, Lc, Ketua PWNU Sulawesi Selatan Dr. KH. Hamzah Harun, para ulama Sulsel, Badan Otonom (Banom) NU, lembaga NU dan kader NU lainnya.
Cawapres KH. Maruf Amin mengatakan, gerakan NU harus yang berdampak besar kepada masyarakat, serta pengaruh luas.
NU sebagai organisasi yang efektif, harus dilakukan konsolidasi secara fungsional.
“Kader NU semua harus bergerak, dengan gerakan yang memberikan dampak besar kepada masyarakat,” katanya.
KH. Maruf Amin menuturkan NU sebagai anggota terbesar di Indonesia dan dunia, harus untuk dan kompak sampai kiamat. Sebenarnya NU ini organisasi internasional yang dilihat dari lambang NU yang menggambarkan bola dunia, serta banyak sudah dikenal dengan pembawa Islam nusantara dan Islam yang rahmatan Lil Alamin.
“NU bukan hanya peran nasional tapi peran internasional, karena dilihat dari lambang NU yang mendunia,” tuturnya.
KH. Maruf Amin menambahkan, pemimpin dunia pada masa depan dilahirkan dari pondok pesantren NU. Pada tahun 2026 akan dilakukan dakwah ke seluruh dunia, dengan mengimplementasikan NU yang menyebar ke seluruh dunia.
“Kata orang bule yang meneliti, bahwa pemimpin dunia masa depan itu dilahirkan dari ponpes NU,” tambahnya.
KH. Maruf Amin menegaskan, menjadi Rais Am pertama itu harus memiliki harus faqih karena membimbing organisasi, kedua sebagai organisatoris yang menjalankan organisasi. Ketiga, muharrik yang dapat gerakan yang melindung dan lainnya untuk melayani umat. Keempat, kiai yang harus terjaga (red-wirai) karena jadi Rais Aam itu sebagai pimpinan dari kiai.
“Saya tidak terduga menjadi Cawapres menjadi pendamping pak Jokowi, memang di NU pernah menawarkan kadernya untuk menjadi pendamping pak Jokowi,” tegasnya.
KH. Maruf Amin melanjutkan, NU menyiapkan 100 tahun ke dua, dengan meningkatkan gerakan di masyarakat. Upaya menata organisasi semakin kuat terkonsolidasi, dengan melakukan revitalisasi organisasi. NU harus menghadapi pilpres dengan pada saat ini perang ideologi antara kelompok moderat dan kelompok radikal.
“Tugas berat NU pada seratus tahun kedua, sehingga semua harus berjalan dengan baik,” pungkasnya.