Sleman, 28 Maret 2019 – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prof. DR. KH. Maruf Amin melakukan silaturahim bersama Kiai Nahdlatul Ulama (NU) Yogyakarta di Pondok Pesantren Al-Habibiyah, Bantul, Yogyakarta, Kamis (28/03) siang. Semua warga dan tokoh NU sepakat untuk mendukung pasangan nomor urut 01 Capres Jokowi dan Cawapres KH. Maruf Amin.
Pertemuan tersebut dihadiri diantaranya Rais Syuriah PBNU KH. Said Asrori, Katib Syuriah KH. Miftah Faqih Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak KH. R. Najib Abdul Qadir, Tokoh Ulama Yogyakarta Habib Hilal Al-Aidid, PCNU se Yogyakarta, serta para ulama lainnya.
“Terima kasih atas penerimaan silahturahim di Ponpes Al-Habibiyah, dikediamannya Habib Hilal Al-Aidid,” ucap Cawapres KH. Maruf Amin.
Kiai Maruf Amin menuturkan, acara leyeh-leyeh dengan pertemuan para ulama untuk mendukung pasangan nomor urut 01. Sesuai dengan hasil survey yang sudah mendekati kenyataan, sehingga tidak boleh putus asa dalam memenangkan dalam pemilihan presiden (Pilpres) nanti.
“Terus berjuang melakukan konsolidasi suara, agar dapat memenangkan pilpres nanti,” tuturnya.
Kiai Maruf Amin mengatakan, semua para relawan agar tidak terbuai oleh hasil survey, sehingga akan terus berjuang dalam meraih perolehan suara. Ada sekitar 18 persen masyarakat yang belum menentukan pilihan, pada saat sudah banyak bergeser ke dengan pilihan dan mengarah ke pasangan nomor urut 01.
“Suara tersebut sekarang sudah bergeser untuk mendukung pasangan nomor urut 01,” katanya.
KH. Idris Abdul Hamid menyampaikan, seluruh warga NU Yogyakarta sudah seharusnya mendukung Kiai Maruf Amin, apapun yang terjadi harus angkat secara bersama-sama. Kiai Maruf Amin yang terpilih nanti sebagai Wakil Presiden, dengan harapan mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, selamat dan damai.
“Kita targetkan kalau Jawa timur akan 70 persen, untuk juga ya sama targetnya nanti dalam perolehan suara,” ujarnya.
Ditempat yang sama KH. Abdul Tawaf menuturkan, sesuai dengan hasil muktamar dengan membawa misi Islam yang rahmatan lil Alamin, diwujudkan dengan ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah, wathoniyah, dan ukhuwah basyariah. Semua masyarakat harus tetap terjaga sehingga keberagaman itu utuh dalam bingkai NKRI.
“Tidak khawatir karena di Jogja tempatnya NU dan pesantren, terutama kultur dari santri akan samina waathona (red-moderat dengar dan mengikuti) kepada kiai,” katanya.
Lanjut KH. Abdul Tawaf, di Yogyakarta yang ada Muhammadiyah yang tidak akan menjadi masalah, karena sudah berjalan beriringan dengan NU. Semata untuk mempertahankan keutuhan NKRI berdasarkan undang-undang 1945 dan Pancasila
“Kita sudah sejalan dengan Muhammadiyah, untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI,” pungkasnya.